"Om teroris om"

bahrun naim

NASIONAL (RA) - Di tengah maraknya fenomena "Om Telolet Om" di Indonesia, belasan orang ditangkap anggota Polri karena diduga akan melakukan aksi pengeboman di sejumlah wilayah, saat Natal dan Tahun Baru.

Penangkapan teroris oleh Densus memang tidak ada hubungannya dengan demam "Om Telolet Om". Apalagi bila ada yang menyebut penangkapan teroris tersebut adalah pengalihan isu dari fenomena 'klakson bus' yang digandrungi anak-anak itu.  

Kejam sekali rasanya, bila ada yang menuduh kerja keras polisi menangkap teroris adalah pengalihan isu, karena menganggap "Om Telolet Om" membahayakan keselamatan anak-anak Indonesia. Tak ada dalih apapun untuk menyebut penangkapan teroris adalah pengalihan isu telolet, karena teroris dan telolet jauh berbeda. Satu menghibur warga, sedangkan satunya justru membuat warga takut dan khawatir.

Kinerja Polri menangkap teroris di Bekasi, Ngawi, dan Tangerang Selatan harus diapresiasi. Kata Wakapolri, untuk membongkar jejaring teroris, anak buahnya tidak pulang setahun. "Teroris itu serius," kata Komjen Syafruddin, seperti dikutip dari rimanews, hari ini.

Pergerakan jejaring teroris yang ditangkap Densus sepekan terakhir merujuk pada satu nama, Bahrun Naim. Pria lulusan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta itu masih leluasa membangun sel-sel teroris dan merekrut orang untuk dijadikan 'pengantin' bom bunuh diri.

Dian Yulia Novi, adalah contoh betapa saktinya Bahrun Naim. Tak pernah bertemu, dan hanya sekali kontak lewat Telegram messenger, Dian mau untuk melakukan aksi bom bunuh diri yang dianggap sebagai amaliyah. Beruntung aksi itu bisa dicegah, karena Dian dan suaminya Muhammad Nur Sholihin keburu ditangkap Densus di Bekasi. Ada bom panci seberat tiga kilogram yang disita Densus dari tas yang dibawa Dian, yang kata polisi, bila meledak bisa meluluhlantakan bangunan dengan radius 300 meter.

Pada Agustus 2016, saat bertemu delegasi Amerika Serikat (AS) di sela-sela "The 2nd Summit International Meeting for Counter Terrorism" di Nusa Dua, Bali, Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius pernah mengatakan, Bahrun Naim yang kini bermukim di Raqqa, Suriah adalah aktor utama ISIS di Indonesia. Menurut Suhardi, Bahrun melalui berbagai alat propaganda, terus melakukan ancaman pembunuhan terhadap aparat keamanan di Indonesia.

Pola perekrutan anggota baru dalam jaringan ISIS di Indonesia, menurut BNPT, selama ini dilakukan melalui pendekatan ekonomi. Calon anggota yang akan direkrut akan dijanjikan gaji  sebesar Rp52 juta per bulan atau jika membawa keluarga, maka ISIS akan membayar gaji mencapai Rp100 juta. "Ini pendekatan ekonomi, dan dimotivasi dengan pendekatan agama," kata Deputi Pencegahan BNPT Brigjend Hamidin.

Hamidin bercerita, ISIS pernah merekrut seorang warga di Jawa Barat. Dan, orang tersebut sudah menjual rumah, tanah dan aset lainnya untuk bergabung dengan ISIS di Irak.  Ini berbeda dengan pola perekrutan ISIS di negara maju melalui pendekatan "heroisme". Perekrut memberi doktrin agar orang-orang yang direkrut menjadi pahlawan.

Sebab itu, sudah saatnya pemerintah melakukan terobosan untuk mengantisipasi agar aktor-aktor terorisme tak lagi berkeliaran di Indonesia. Tentunya, untuk menekan teroris, pemerintah tak cukup hanya lewat program deradikalisasi dengan seminar yang kemudian hasilnya disebarkan lewat siaran pers.

Perbaikan ekonomi adalah keharusan, agar masyarakat sejahtera dan tidak mudah tergiur dengan janji uang yang diming-imingi aktor teroris itu. Di sisi pendidikan, pemerintah juga harus menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila sejak dini yang mulai memudar.

Gempuran media sosial yang kian semrawut dengan berita-berita hoax juga harus diperhatikan. Karena, tak jarang, banyak calon-calon anggota teroris yang menjadi radikal berawal dari media sosial. Pemerintah tak perlu takut untuk memblokir situs-situs dan memblok akun yang dianggap menyebarkan paham radikalisme, asalkan pemerintah juga tidak sembarangan memblokir dan alasannya bisa dipertanggungjawabkan.

Namun, di luar itu semua, benar kata Presiden Joko Widodo, yang harus dilakukan masyarakat adalah waspada dengan aksi-aksi teroris. Lihat kanan-kiri, di sekitarnya dan kalau ada hal yang perlu dilaporkan segera laporkan kepada aparat. Bahkan, kalau perlu, tanyakan saja bila melihat orang yang dianggap mencurigakan, Om Teroris Om?

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index